Perbedaan Asam Urat dan Rematik yang Wajib Kamu Ketahui

Perbedaan asam urat dan rematik seringkali membingungkan masyarakat awam, padahal keduanya merupakan kondisi medis yang berbeda.

Banyak orang keliru menggunakan istilah rematik untuk menggambarkan segala jenis nyeri sendi, termasuk nyeri akibat asam urat.

Kesalahpahaman ini sangat umum terjadi karena keduanya sama-sama menimbulkan gejala nyeri, kaku, dan bengkak di persendian.

Akan tetapi, mengenali perbedaan dasar dari dua penyakit sangat penting.

Penyebab, lokasi serangan, dan metode penanganan kedua kondisi ini sangat berlainan, sehingga diagnosis yang tepat menjadi kunci utama untuk mendapatkan terapi yang efektif.

Baca: Mengenal Lebih Dekat Apa itu Afiapro?

Mengenal Penyebab Utama Asam Urat dan Rematik

Perbedaan paling mendasar terletak pada akar penyebabnya.

Asam urat, yang dalam dunia medis disebut gout arthritis atau pirai, adalah murni penyakit yang timbul akibat gangguan metabolisme.

Kondisi ini terjadi ketika tubuh memproduksi terlalu banyak asam urat (produk sisa pemecahan zat purin) atau ginjal gagal mengeluarkannya secara efisien.

Akibatnya, terjadilah penumpukan asam urat dalam darah (hiperurisemia) yang kemudian membentuk kristal monosodium urat yang tajam.

Kristal-kristal inilah yang mengendap di dalam sendi dan memicu peradangan hebat.

Di sisi lain, rematik (biasanya merujuk pada Rheumatoid Arthritis) merupakan penyakit autoimun.

Ini berarti sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melindungi, justru keliru dan berbalik menyerang jaringan tubuh sendiri.

Pada kasus RA, sistem imun menyerang sinovium, yaitu lapisan tipis yang membungkus sendi.

Serangan ini menyebabkan inflamasi kronis yang tidak hanya merusak tulang rawan tetapi juga tulang di sekitarnya.

Baca: Tanda Gejala Asam Urat yang Sering Diabaikan

Membedakan Pola Gejala dan Lokasi Serangan

Meski sama-sama menyerang sendi, pola gejala keduanya sangat khas.

Asam urat identik dengan serangan akut yang mendadak, intens, hingga membuat bangun penderitanya di tengah malam.

Sendi yang terserang biasanya menjadi sangat merah, panas, bengkak, dan terasa nyeri luar biasa bahkan oleh sentuhan ringan.

Serangan ini awalnya cenderung menyerang satu sendi saja (monoarticular), dengan lokasi paling umum adalah jempol kaki.

Sementara itu, gejala rematik (RA) biasanya berkembang secara bertahap dan bersifat simetris.

Berarti, rematik menyerang sendi yang sama di kedua sisi tubuh (misalnya kedua pergelangan tangan atau kedua lutut).

Gejala khas RA di antaranya kekakuan sendi parah di pagi hari yang berlangsung lebih dari 30 menit.

Berbeda dengan asam urat yang serangannya bisa reda, nyeri dan kaku pada RA bersifat kronis dan dapat memburuk seiring waktu jika tidak terkelola.

Baca: Bahasa Medis Asam Urat dan Istilah yang Digunakan Dokter

Mendukung Kesehatan Sendi dengan Bantuan Herbal

Baik penderita asam urat maupun rematik, keduanya sama-sama membutuhkan upaya untuk mengelola peradangan dan memelihara kesehatan sendi agar kualitas hidup tetap terjaga.

Selain melalui pengobatan medis, menjaga pola hidup sehat dan memanfaatkan bahan-bahan alami dapat menjadi pendekatan suportif.

Asam Urat dan Rematik afiapro

Afiapro hadir sebagai suplemen herbal yang memadukan kearifan alam Indonesia.

Formulasi ini mengandung ekstrak kayu manis dan cabe jawa, yang secara tradisional masyarakat manfaatkan untuk membantu melancarkan peredaran darah.

Produk ini mengandung rimpang tradisional temulawak, temu putih, dan temu mangga.

Rimpang ini terkenal memiliki sifat anti-inflamasi alami untuk membantu meredakan proses peradangan dan ketidaknyamanan pada sendi.

Selain itu, Afiapro melengkapi formulasinya dengan sambiloto, meniran, pegagan, dan rumput teki, sebuah kombinasi herbal yang membantu proses pembuangan racun alami tubuh serta mendukung fungsi organ ekskresi yang sehat.

Baca: Mengenal Lebih Dekat Apa itu Afiapro?

Implikasi Diagnosis Asam Urat dan Rematik

Karena penyebabnya berbeda, cara dokter mendiagnosis dan mengelola asam urat dan rematik juga berbeda total.

Untuk mendiagnosis asam urat, dokter akan mengukur kadar asam urat dalam darah dan mengambil cairan sendi untuk mencari keberadaan kristal urat di bawah mikroskop.

Fokus pengobatannya untuk menurunkan kadar asam urat dalam tubuh.

Sebaliknya, diagnosis rematik (RA) lebih kompleks.

Dokter akan melihat riwayat gejala, melakukan pemeriksaan fisik, serta tes darah khusus untuk mencari penanda autoimun seperti Rheumatoid Factor (RF) dan anti-CCP.

Fokus pengobatannya untuk menekan respons sistem imun yang terlalu aktif dan menghentikan proses peradangan kronis agar tidak terjadi kerusakan sendi lebih lanjut.

Bagi yang tertarik, akses informasi produk, konsultasi gratis, dan pemesanan selanjutnya bisa melalui link di bawah ini.